EBAIKNYA jangan lagi menganggap infeksi cacingan sebagai perkara sepele. Meski memang belum terkabarkan infeksi ini bisa menyebabkan kematian, namun tetap berbahaya. Infeksi cacingansangat mengganggu kesehatan dan bisa membuat anak mudah sakit.

Peringatan tersebut disampaikan dr Adi Sasongko MA, Direktur Pelayanan Kesehatan di Yayasan Kusuma Buana, saat ditemui Warta Kota seusai tampil dalam seminar "Upaya PengembanganProgram Pemberantasan Cacingan di DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Denpasar", pertengahan pekan lalu. Seminar ini diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Kusuma Buana, , dan Pemda DKI Jakarta.

Cacingan, kata Adi, adalah jenis infeksi yang disebabkan karena adanya cacing dalam usus
manusia. Bukan hanya anak-anak yang bisa terkena infeksi ini, juga orang dewasa. Apalagi bila orang itu tidak memedulikan kebersihan.

"Jumlah cacing yang ada di dalam tubuh manusia, yang menyebabkan infeksi cacingan, tidak 1-2 ekor. Jumlahnya bisa puluhan, atau bahkan ratusan ekor. Cacing-cacing ini menghisap sari makanan dalam tubuh, hingga si penderita akan mengalami berbagai masalah kesehatan," sambung Adi.

Bila terinfeksi cacingan, seseorang akan menderita "5 L": lemah, letih, loyo, lalai, dan lemas. Bila hal ini menimpa anak, maka akan mengganggu pertumbuhannya. Kondisi "5 L" akan membuat anak mudah sakit.

"Bila terus didiamkan, dalam jangka panjang anak bisa terserang berbagai penyakit yang
diakibatkan kekurangan gizi, seperti hepatitis, rabun mata, dan berambut ijuk. Selain itu,
kemampuan belajar anak juga akan menurun, karena daya tangkap anak cacingan lebih lemah
daripada anak yang tidak cacingan," ujar Adi lagi.

Sedangkan bila terjadi pada orang dewasa, maka orang itu terancam menderita amenia. Akibat lanjutannya, dalam kerangka lebih luas, akan menurunkan kualitas sumber daya manusia, karena produktivitas penderita cacingan pasti menurun.

Cacing gelang paling banyak Menurut penelitian, sambung Adi, ada 3 jenis cacing yang sering ditemukan dalam usus manusia, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Setiap cacing memiliki ciri-ciri spesifik. Cacing gelang, misalnya, bisa mencapai panjang 15-35 cm, meski berada dalam perut manusia. Cacing ini juga mampu bertelur hingga 200.000 butir per hari, yang sebagian keluar bersama dengan tinja.

Sementara cacing cambuk (disebut begitu karena bentuknya seperti cambuk), panjangnya bisa mencapai 45 milimeter dan hidup dalam usus besar. Cacing ini, kalau mengeram dalam perut, bisa sangat merepotkan. "Cacing ini bisa menyebabkan seseorang diare disertai ingus dan darah.

Keadaan ini bisa berlangsung berbulan-bulan. Cacing cambuk menghisap sari makanan dan darah," papar Adi.

Lebih ganas lagi adalah cacing tambang. Cacing ini menghisap darah dari dinding usus.
Penularan cacing ini melalui telur yang keluar bersama tinja, untuk kemudian menetas menjadi
larva.

"Pada saat berjalan tanpa alas kaki, larva ini dapat menembus kulit kaki dan selanjutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus dan menetap di usus halus. Ukuran cacing ini paling kecil bila dibandingkan kedua cacing lainnya, hanya dapat mencapai 13 milimeter," kata Adi.

Tanpa kita sadari, telur cacing gelang dan cambuk sebenarnya ada di mana-mana. Di udara, telur cacing yang berbahaya ini bercampur dengan debu, lalu diterbangkan angin. Telur cacing ini bisa hinggap pada makanan atau minuman yang dibiarkan terbuka.

"Jika makanan dan minuman itu dikonsumsi, maka ikut pula telur cacing itu. Dalam usus telur ini berkembang menjadi larva, untuk kemudian menjadi cacing dewasa."

Karena itulah, kata Adi lagi, penderita infeksi cacingan sebenarnya sangat banyak. Menurut hasil penelitian Departemen Kesehatan tahun 1995 yang dilakukan di Sumater Utara, diperoleh hasil bahwa 60,2 persen anak-anak usia SD di sana menderita infeksi cacing gelang. Lainnya, 53,8 persen terinfeksi cacing cambuk dan 6,7 persen terinfeksi cacing tambang. Jadi cukup banyak anak yang dala perutnya terdap[at dua jenis cacing.

Jangan asal minum obat

Sayangnya, kata Adi, masyarakat kerap salah mengerti. Banyak yang menganggap, kalau sudah makan obat cacing yang banyak dijual di pasaran, maka semua cacing dalam perut akan mati. Dengan demikian, tubuh pun akan bebas dari cacing.

"Pada kemasan obat anti cacing umumnya tertulis, untuk menghindari cacingan, diharuskan
minum obat itu sebanyak dua sampai tiga kali dalam setahun. Sebenarnya membuat aturan seperti itu tidak dibenarkan. Minum obat cacing sifatnya hanya membuang cacing dari dalam tubuh, tapi tidak membuat tubuh kebal terhadap cacing," ujar Adi lagi.

Menurut Adi, meminum obat cacing bukanlah solusi untuk menghilangkan cacing. Cacing
memang hilang, tapi hanya sementara waktu. Pada kesempatan lain ia akan berbiak lagi.

"Bila seseorang menderita cacingan, disarankan untuk melakukan pemeriksaan di laboratorium, setelah sebelumnya memeriksakan diri ke dokter umum atau puskesmas. Tinja pasien akan diperiksa, untuk mengetahui jenis cacing apa yang menyerang orang tersebut," ujarnya lagi.

Bila jenis cacing yang mengeram dalam perut sudah diketahui, dokter akan memberikan obat cacing yang tepat. Dosisnya pun akan disesuaikan dengan berat badan pasien. Dan yang lebih penting lagi, tubuh pasien akan kebal terhadap serangan jenis cacing tersebut.

Adi menyarankan pemeriksaan laboratorium ini dilakukan enam bulan sekali. "Tapi pengobatan secara laboratoris itu harus pula diimbangi menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kalau tidak, cacing itu akan kembali menyerang," kata Adi.(dam/ssy)

0 komentar: